Baru-baru ini beberapa operator di tanah air telah menggelar uji coba jaringan 5G untuk segera dikomersialisasikan. Diawali oleh Telkomsel yang telah mengantongi sertifikat kelayakan pengoperasian 5G dari Kementrian Komunikasi dan Informatika pada Mei 2021 yang lalu. Telkomsel sebelumnya telah melakukan uji coba 5G sebanyak 12 kali dari tahun 2017 hingga 2020. Namun, jaringan 5G Telkomsel ini nantinya hanya akan dapat dinikmati di kota-kota besar saja secara bertahap seperti Jabodetabek, Solo, Medan, Surabaya, Batam, Bandung, Denpasar, dan Balikpapan.
Selanjutnya operator lokal lain yaitu Indosat Ooredo juga mengadakan uji coba 5G dan telah mendapatkan sertifikat kelayakan operasi dari Kominfo. Menyusul kemudian adalah Smartfren yang juga melakukan uji coba kelayakan 5G, dan mengklaim bahwa hasil uji coba menunjukkan jaringan 5G Smartfren memiliki kecepatan download hingga 1,8Gbps. Namun, lagi-lagi sepertinya hanya kota-kota besar saja yang dapat menikmati jaringan 5G tersebut nantinya.
Sebenarnya masih banyak kota-kota besar yang cukup maju namun tidak termasuk dalam daftar kota yang akan menikmati jaringan 5G di Indonesia. Rasanya tidak adil jika jaringan 5G hanya dapat dinikmati oleh kota-kota tertentu saja. Dikatakan bahwa jaringan 5G akan menjadi game changer bagi dunia perinternetan. Dan tentunya akan memiliki andil dalam kemajuan industri. Lalu apakah kota-kota lain tidak laik untuk memperoleh kemajuan komunikasi dan industri yang sama?
Sekjen Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI), Marwan O. Baasir, menjawab kekhawatiran ini. Marwan mengatakan bahwa proses peralihan dari 4G ke 5G bukanlah hal yang mudah. Jaringan 4G masih menggunakan gelombang mikro, yang digunakan oleh 40-60% operator di Indonesia. Sementara itu, jaringan 5G membutuhkan fiber optik yang akan dapat memfasilitasi kecepatan internet yang tinggi. Tanpa fiber optik, kecepatan jaringan 5G tidak akan maksimal. Karena itu, dibutuhkan perubahan yang fundamental untuk mendukung kesiapan suatu daerah dalam menggunakan jaringan 5G.
Marwan juga menyatakan harapannya kepada Kominfo dan Pemda masing-masing daerah untuk segera merealisasikan pembangunan fiber optik di daerah setempat, agar nantinya setiap daerah akan dapat menggunakan jaringan 5G.
Jadi, saat ini hanya daerah yang memiliki kesiapan backbone fiber optik saja yang dapat menggunakan jaringan 5G. Saat ini jumlah jaringan fiber optik di Indonesia dinilai masih sangat kurang menjangkau semua daerah. Bahkan saat ini ada 12 ribu desa/kecamatan yang belum dapat mengakses jaringan 4G.
Karena kurangnya backbone fiber optic penunjang jaringan 5G ini, jaringan 5G hanya dapat digunakan di beberapa daerah saja. Saat baru awal rilis, jaringan 5G Telkomsel hanya dapat dinikmati di 6 lokasi elit di Jabodetabek. Kemudian baru-baru ini diperluas ke 3 kota lain, yaitu Medan, Solo, dan Balikpapan.
Sementara Indosat Ooredo merilis jaringan 5G perdananya di 5 kota, yaitu Jakarta, Makassar, Solo, Balikpapan, dan Surabaya. Indosat menargetkan jaringan 5G-nya akan meluas di 5 kota lain pada akhir tahun ini.